ALLAH TA'ALA YANG MENYEMBUHKAN

Kisah ini berguna untuk orang yang berobat.

Nabi Musa alaihis salam sakit gigi, lalu mohon sembuh kepada Allah. Allah berfirman, "Ambilah rumput falani dan letakkan di gigimu." Nabi Musa alaihis salam ikuti perintah itu, lalu sembuh. Di lain waktu, Nabi Musa alaihis salam sakit gigi lagi. Lalu gunakan rumput itu. Kali ini tidak sembuh. Dia mohon dan menanyakan kesembuhannya kepada Allah. Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku adalah yang menyembuhkan dan menyehatkan. Aku adalah yang memberikan bahaya dan manfaat. Pada waktu pertama, kau melakukannya karena Aku sehingga Aku hilangkan penyakitmu. Sekarang kau melakukannya bukan karena Aku melainkan karena rumput itu." (1)

Berikut penjelasan kisah di atas. Di sakit pertama, Nabi Musa alaihis salam sembuh karena prasangka Allah Ta'ala yang menyembuhkan. Di sakit kedua, Nabi Musa alaihis salam tidak sembuh karena prasangka rumput yang menyembuhkan. Kisah di atas menunjukkan bukan obat yang menyembuhkan, melainkan Allah Ta'ala yang menyembuhkan. Obat hanya sarana untuk sembuh. Itu pun gunakan obat hendaknya disertai prasangka Allah Ta'ala yang menyembuhkan.

Ustad Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember: "Bukan dokter atau obat yang memberi kesembuhan tetapi Allah yang menyembuhkan. Bila berusaha lalu hasilnya berhasil atau gagal, maka harus diingat bahwa di sana juga ada kehendak Allah untuk membuatnya berhasil atau gagal. Demikian seterusnya untuk seluruh hal lain sehingga semua hal selalu terikat dengan Allah." (2)

Berikut ayat Qur'an tentang Allah Ta'ala yang menyembuhkan.

dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku. (QS Asy-Syu'araa' (26): 80)

Ibnu Katsir menafsirkan Qur'an Surat Asy-Syu'araa' (26) ayat 80: "(diringkas) Bila aku sakit, sesungguhnya tiada seorang pun selain-Nya yang dapat menyembuhkan dengan berbagai macam sarana pengobatan apa pun yang menjadi penyebab kesembuhan." (3)

Bisa jadi seorang sembuh setelah minum obat. Lalu orang itu berprasangka obat tersebut yang menyembuhkan. Kemudian dia menganggap obat tersebut hebat, lalu bersandar kepada obat itu. Selanjutnya dia mengandalkan obat itu. Ini disebut menyembah obat. Manusia mudah menyembah (bersandar) kepada sesuatu yang dianggap punya kekuatan seperti harta, jabatan, obat, dokter, terapis, dukun, jimat, peralatan, teknologi, ilmu pengetahuan, ikhtiar dan lainnya. Janganlah menyembah (bersandar) kepada sesuatu selain Allah Ta'ala. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Ta'ala. Berikut Dalilnya.

Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS Al-Qashash (28): 88)

Ibnu Katsir menafsirkan QS Al -Qashash (28) ayat 88, yaitu: "(diringkas) Penyembahan tidak layak dilakukan kecuali hanya kepada-Nya, dan tidak pantas menyandang sifat Tuhan kecuali hanya Dia dengan segala kebesaran-Nya. Allah adalah Dzat Yang Kekal, Abadi, Hidup, Yang Maha Mengatur segalanya, semua makhluk mati, sedangkan Dia tidak mati. Dialah Raja dan Yang Memerintah, tiada yang mempertanyakan terhadap ketentuan yang telah diputuskan-Nya." (3)

Juni 2016 di media TV, Ustad Yusuf Mansur menyampaikan: "Ikhtiar itu perlu, tapi jangan sampai ikhtiar itu menggantikan posisi Tuhan. Kalau sampai ikhtiar itu menggantikan posisi Tuhan maka lebih baik jangan ikhtiar." Ini videonya di YouTube.

Dari buku berjudul Rich (Google Play Store, hal. 12) karya Ustad Yusuf Mansur dipahami sebagai berikut. Manusia memang butuh uang. Hanya saja perlakukan uang sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan sebagai tempat bersandar. Bukan sebagai tuhan. Manusia perlu ikhtiar. Hanya saja perlakukan ikhtiar sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan sebagai tempat bersandar. Bukan sebagai tuhan. Tumbuhkan prasangka Allah Ta'ala yang menentukan hasil ikhtiar.

Ustad Yusuf Mansur di buku berjudul Feel (Google Play Store, hal. 21) mengajak melatih bersandar hanya kepada Allah Ta'ala dari usia anak. Ketika anak minta sepatu. Meskipun ada uang, ajak anak itu ke masjid untuk minta sepatu hanya kepada Allah Ta'ala. Ini untuk melatih agar anak tidak mengandalkan uang. Agar anak tidak bersandar (menyembah) kepada uang. Tentu saja si anak diajarkan untuk berdoa, ibadah dan ikhtiar terkait keinginannya.

Manusia tidak perlu menganggap hebat terhadap obat. Karena bukan obat yang menyembuhkan manusia, melainkan Allah Ta'ala yang menyembuhkan manusia. Manusia tidak perlu menganggap hebat terhadap kekuatan selain Allah Ta'ala. Karena hanya Allah Ta'ala yang menghilangkan kemudaratan dan mendatangkan kebaikan. Adapun ikhtiar seperti menggunakan obat hanya sarana yang diberikan Allah Ta'ala kepada manusia untuk mencapai tujuan. Allah Ta'ala memberi kesempatan kepada manusia untuk berdoa, ibadah dan ikhtiar sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Allah Ta'ala yang menentukan hasil dari berdoa, ibadah dan ikhtiar. Berdoa, ibadah dan ikhtiar hendaknya disertai prasangka Allah Ta'ala yang menentukan hasil. Berdoa, ibadah dan ikhtiar hendaknya hanya karena Allah Ta'ala (Dalil di sini). Wallahu Ta'ala a'lam bishawab.

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah Nabi Musa alaihis salam di atas adalah menggunakan obat hendaknya disertai prasangka Allah Ta'ala yang menyembuhkan. Berikut Hadits tentang prasangka terhadap Allah Ta'ala.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah 'Azza Wajalla berfirman: 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari'." (HR Muslim 4832) (4)

Berikut Hadits pembanding.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bahwasanya Allah 'Azza Wajalla berfirman: 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, jika ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkannya, dan jika ia berprasangka buruk maka ia akan mendapatkannya'." (HR Ahmad 8715) (4)

Ini juga Hadits pembanding.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Tabaraka Wa Ta'ala berfirman: 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, karena itu, berprasangkalah kepada-Ku dengan sesuatu yang dikehendaki'." (HR Darimi 2615) (4)

Dari kisah Nabi Musa Alaihis Salam serta Dalil-Dalil di atas maka bisa diambil pelajaran bahwa berdoa, ibadah dan ikhtiar hendaknya disertai prasangka Allah Ta'ala yang menentukan hasil. Untuk itu, menggunakan obat hendaknya disertai prasangka Allah Ta'ala yang menyembuhkan.

Poin penting dari posting ini adalah punya keyakinan (punya prasangka) Allah Ta'ala yang menyembuhkan di antaranya melalui obat (sarana) yang digunakan. Wallahu Ta'ala a'lam.

Sumber:
(1) eraislam.wordpress.com/2011/01/12/nabi-musa-sakit-gigi/ dan pembanding lain.
(2) islam.nu.or.id/post/read/109711/awas-bahaya-syirik-tanpa-sadar--kenali-bentuk-bentuknya-
(3) Jetapk, Tafsir Ibnu Katsir 30 Juz, Google Play Store.
(4) Lidwa.com, Hadits Kitab 9 Imam.